ISLAM
DATANG, RITUAL “GUWAKAN” HILANG
Di abad yang sudah tua ini banyak
nilai religius yang hilang di dalam diri manusia. Mereka semakin sibuk dengan
urusan duniawi sehingga sering melupakan bahwa tujuan hidup adalah untuk mati.
lalu bagaimana agar islam tumbuh kembali dalam hati manusia ? menurut saya kita
wajib memaknai kembali apa itu islam dengan melalui metode melihat kembali
sejarah-sejarahnya. Mungkin di mulai dengan sejarah islam yang berkembang di zaman
kenabian. Namun tak di sangka jika kampung halaman kita juga punya sejarah
mengenai keislaman. Akan menjadi lebih baik jika kita bisa menelusuri, kita
akan mengetahui siapa tokoh yang berjuang mengembangkan islam, bisa jadi itu
kakek kita, bapak kita atau kerabat kita. Hal itu bisa menjadikan kebanggaan tersendiri.
Semua hal besar yang terjadi pasti di sertai dengan perjuangan dengan keras. Begitu juga Nabi, Ulama, Sunan-sunan. Mereka menyebarkan islam dengan susah payah dan penuh perjuangan. Karena hal yang paling sulit adalah mengajak seseorang untuk mengubah pemikiran dan keyakinan. Tak di pungkiri bahwa agama islam di Indonesia berkembang setelah hindhu-budha berkuasa. Mungkin saja pemuka agama di kampung kita mengalami kesulitan dan bahkan pertumpahan darah. Jika kita mencintai kampung halaman kita, akan lebih baik jika kita mengetahui sejarah-sejarahnya.
Rasa
nasionalisme dan religius harus seimbang. Kenapa harus seimbang ? karena rasa
nasionalis harus berlandaskan hati yang bersih dan ikhlas. Jika hal tersebut
bisa seimbang maka bisa di pastikan jika Kampung halaman kita, Negara kita
akan menjadi tempat yang nyaman, kuat, anti radikal dan harmonis. Hal tersebut
adalah impian dan dambaan setiap insan manusia. Maka dari itu baiknya sesama
manusia harus saling mengingatkan, menjaga , dan bergerak untuk mencapai sebuah
Negara yang baik. Tak lupa harus memberikan pengetahuan sejarah islam kepada
anak cucu kita.
Narasi ini ditulis berdasarkan pernyataan yang saya sebutkan di atas. Sebagai pemuda generasi muslim, mengetahui sejarah islam itu penting, paling tidak di lingkungan kampung kita. Selain itu setiap desa memiliki berbagai keunikan dalam sejarahnya. Dalam penyusunan narasi ini di awali dengan observasi dan wawancara. Observasi ke kampung lain memberi manfaat bagi saya yakni persaudaraan, silaturahmi dan pengalaman. Sedangkan wawancara mendorong saya untuk berfikir kritis dengan rasa ingin tau yang tinggi.
Narasi ini ditulis berdasarkan pernyataan yang saya sebutkan di atas. Sebagai pemuda generasi muslim, mengetahui sejarah islam itu penting, paling tidak di lingkungan kampung kita. Selain itu setiap desa memiliki berbagai keunikan dalam sejarahnya. Dalam penyusunan narasi ini di awali dengan observasi dan wawancara. Observasi ke kampung lain memberi manfaat bagi saya yakni persaudaraan, silaturahmi dan pengalaman. Sedangkan wawancara mendorong saya untuk berfikir kritis dengan rasa ingin tau yang tinggi.
Disini saya akan mengupas mengenai kapan islam masuk , siapa yang menyebarkan , bagaimana suka dukanya dalam membangun Masjid , mengapa harus islam , dan yang terpenting akan terbahas secara singkat dan padat mengenai ritual “guwakan”. Dengan tema dan pembahasan ini di harapkan pembaca mengetahui peradaban sejarah islam yang berada di dusun Nglegok, Nglebak, Tawangmangu. Pembaca diharapkan akan mencoba mencari tau bagaimana peradaban islam di kampungnya masing-masing. Dengan membaca narasi singkat ini dapat menambah keimanan kepada Allah SWT bahwa agama Islam adalah agama yang slalu di perjuangkan.
Tawangmangu adalah
salah satu kecamatan yang berada di kabupaten karanganyar. Dari sisi geografis
letaknya tepat di kaki gunung lawu. jalannya
berkelok-kelok dan menanjak, di tambah dengan suhu udara yang
dingin . Tawangmangu merupakan desa
wisata, ada beberapa objek yang terkenal yakni Grojokan Sewu, Bukit Sekipan,
Balekambang dan sebagainya,dengan kondisi geografis di bawah gunung dan
bukit-bukit. Selain udaranya sejuk, keindahan alam di sekitarnya tidak kalah
menarik dengan kawasan lain di Indonesia, daerah ini terkenal dengan produksi
pertanian penghasil sayur mayur.
Menurut cerita dari guru Agama saya ketika SMA, yang bertempat tinggal di desa ini, beliau mengatakan bahwa banyak sekali orang asing yang membeli lahan-lahan strategis penduduk asli dengan harga yang sangat murah kemudian didirikan bangunan seperti hotel ,villa, dan restoran. banyaknya berbagai macam pengunjung bahkan mungkin ada juga yang menetap di sana, Tawangmangu menjadi desa yang Multicultural. Hal ini juga menjadi salah satu alasan kenapa saya ingin riset di salah satu dusun di kecamatan Tawangmangu ini. Apakah benar-benar sudah terkontaminasi dengan peradaban yang modern atau masih tradisional. Ada dua pondok pesantren terkenal yang ada di desa tawangmangu yaitu Ponpes Darrul Mustofa dan Ponpes Isy Karima.
Tawangmangu merupakan kecamatan yang kontroversial di kabupaten karanganyar. Pasalnya ada beberapa kasus yang terjadi di desa ini seperti, Isu terorisme, ritual “valentine day” di salah satu hotel, ada juga kasus pembunuhan. Namun dalam narasi ini saya tidak akan membahas mengenai kasus-kasus tersebut. Saya akan memaparkan hasil riset saya di salah satu dusun di desa tawangmangu tepatnya di dusun Nglegok. Kenapa saya memilih dusun ini sebagai objek riset saya ? karena desa ini terletak di bagian Tawangmangu bawah yakni kawasan yang pemeluk islamnya banyak. keberhasilan dalam menyebarkan islam juga tidak lepas dari kehebatan dan kerja keras tokoh-tokoh yang menyebarkannya.
Jumat, 18 oktober
saya datang ke rumah teman SMA saya bernama Fitra selain ingin berkunjung,
saya bertujuan untuk melakukan wawancara dan melakukan observasi pada tokoh
islam yang ada di desanya. Akhirnya fitra mengantarkan saya kepada salah satu
pemuka islam di desa Nglegok, Nglebak, Tawangmangu yakni Bp H Sukimin latar
belakang beliau adalah pensiunan guru sekolah dasar. Usia beliau 68 tahun, dan memiliki tiga anak
laki-laki. Pekerjaan beliau sehari-hari sebagai petani, aktifitas beliau yang
sangat sibuk sehingga sulit untuk di temui. Setelah berbincang-bincang banyak
saya dan pak Sukimin menyepakati bahwa Sabtu tanggal 19, jam 16:00 untuk melakukan wawancara.
Setelah berkunjung ke rumah bapak Sukimin saya
di antarkan menuju masjid pertama di dusun itu, masjid tersebut terlihat mewah,
rapi dan bersih. Ada tiga lantai yakni lantai pertama yang di dalamnya ada
mimbar imam, piala-piala, serta tulisan-tulisan kaligrafi. Lantai kedua hanya
ada papan tulis yang kemungkinan di gunakan ustad atau ustadzah yang ada di
dusun itu untuk mengajar baca tulis Al-qur’an. Terakhir lantai ketiga ada kubah
besar yang kelihatnnya baru saja di bangun. Masjid kedua di dusun itu letaknya
lumayan jauh dengan yang pertama. Masjid kedua ini terdiri dari satu lantai dan
kelihatan masih baru di bangun. Tujuan di dirikan masjid kedua ini adalah agar
masyarakat tidak ada alasan jauh dari masjid ketika untuk melaksanakan shalat
berjamaah.
Dari pengelihatan
saya banyak masyarakat perempuan di dusun ini yang memakai kerudung atau
menutup aurat. Masyarakatnya yang ramah bahkan anak-anak di era sekarang pun
masih berbondong-bondong ke masjid untuk ber-TPA. Hal itu sudah sulit saya
jumpai di dusun-dusun lain terutama di daerah saya. Namun Beliau juga menyatakan bahwa Hindu budha
pernah berkembang walau tidak ada bukti-bukti fisik peninggalannya. Setelah berobservasi sedikit saya dan teman saya datang kerumah
bapak Sukimin untuk melangsungkan wawancar. Kami di sambut ramah oleh keluarga
bapak Sukimin, dan sangat terlihat nuansa keislaman yang begitu kental di
keluarga beliau.
Sebelum bertanya jauh
menuju inti, saya bertanya kepada bapak Sukimin mengenai apa pendapat beliau tentang
agama islam itu sendiri. Beliau menyatakan bahwa Islam itu agama rahmatan lil
alamin, yakni rahmat untuk segala alam, agama islam itu rahmat dari Allah dan
orang-orang yang memeluk agama islam adalah orang yang betul-betul mendapat
petunjuk dari Allah SWT. Dan islam satu-satunya agama yang di terima oleh
Allah. jawaban beliau sangat tegas dan meyakini bahwa islam adalah agama yang
terbaik. Hal itu juga telah di sebutkan dalam Al-qur’an bahwa islam adalah
agama yang paling sempurna. Di tandai dengan nabi terakhir kita (umat islam )
yakni nabi Muhammad SAW.
Islam
datang di dusun Nglegok ini sekitar
tahun 1981. Pada tahun ini pun
tidak 100% masyarakat mengikuti ajaran islam yang sesuai dengan hadis dan
Al-qur’an. Masih banyak yang tidak sholat, masih ada yang berjudi,
mabuk-mabukan, dan melakukan kemusyrikan seperti memberikan sesaji pada batu
bisa juga di sebut “guwakan”. Hal itu tidak dapat di pungkiri, Kondisi gegrafis
dusun ini yang kurang datar membuat peradaban sulit masuk. Masyarakatnya juga
masih “Aba’an”, aba’an yakni kondisi masyarakat islam yang masih terkontaminasi
dengan budaya hindu. Hingga akhirnya Allah SWT memberikan hidayah dan petunjuk
kepada masyarakat dusun Nglegok ini yakni Agama Islam.
Ada
beberapa tokoh termasuk bapak Sukimin sendiri yang menyebarkan islam di dusun
ini, sejak tahun 1981 peran beliau sebagi imam atau jadi pemuka. Dalam
berdakwah sendirian beliau tidak begitu mengalami kesulitan karena masyarakat dusun ini terbilang masih
polos . Kemudian ada beberapa pemuda yang pergi untuk mondok, mengaji kemudian pulang menjadi mubaligh atau
mubalighot antara lain, mas Slamet Abdullah lalu ada mas Wilarso sebagai
mubaligh, lalu ada yang putri yang asalnya dari Blitar namanya mbak Iis, dan
dari lampung selatan bernama mbak Anjar
lalu ada lagi mas Didi masyarakat di dusun itu menganggab mereka adalah
ulama. mereka mondok mencari ilmu di pondok pesantren , sekitar satu tahun
kemudian setelah lulus mereka pulang ke kampung
untuk berdakwah.
Ada beberapa mahzab di Indonesia.
Yakni sebagai panutan masyarakat dalam menjalankan keislamannya seperti
syafi’I, hanafi, Wahabi dan Sebagainya. namun di dusun ini sendiri tentang mahzab itu tidak begitu penting. Menurut
mereka yang penting adalah ibadah menurut sunnah waljamaah atau sunah nabi yang
tertera dalam Al-hadist maupun Al-quran. jadi tidak ada yang membicarakan
tentang mahzab , fokusnya ibadah dan ibadah menurut syariat islam yakni sholat
lima waktu ,zakat, puasa , haji dan lain sebaginya termasuk kurban.
Masyarakat di dusun ini fokus untuk
beribadah langsung kepada Allah dan
sumbernya hanya dari qur’an dan hadist. Apabila
ada suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan itu mereka menganggap Bid’ah.
Dahulu
sebelum islam masuk, dusun ini di kuasai oleh hindu. Ada ritual-ritual seperti “guwaki”,
“kondangan”, bahkan dalam pernikahan. masyarakat yang sepenuhnya belum
mengetahui syariat islam, tetap menggunakan adat jawa. Adat dalam pernikahan
seperti ngidak endok , nglangkahi pasangan , berjonggo, itu tidak ada.
Sedikit
saya sampaikan paparan dari judul narasi saya mengenai Islam Datang, Ritual
“guwakan hilang” . guwakan sendiri adalah istilah bahasa jawa yang berarti
“buangan” “membuang”. Sedangkan menurut maknanya “ guwakan” artinya membuang
segala keburukan. Misalnya pada saat pernikahan dalam adat jawa saat
midodareni, sesepuh atau dalam bahasa jawa di sebut berjangga akan membuang
sesaji berupa makanan di beberapa titik yang di yakini ada jin yang menunggu
titik tersebut. Ritual guwakan masih ada di beberapa dusun namun juga banyak
yang telah meninggalkan ritual tersebut contohnya dusun Nglegok ini. “ Ritual
guwakan di nilai sebagai bentuk kemusyrikan, dan tidak ada perintah di dalam
al-qur’an dan hadis” ujar bapak Sukimin.
Setelah
islam masuk di dusun ini sudah tidak ada
lagi ritual islam seperti itu karena mereka menganggap bahwa itu semua mengarah
kepada kesyirikan. Sebagian umat islam juga melakukan peringatan tujuh harian
hingga seribu harian untuk kerabat yang telah meninggal namun di dusun ini
sudah menyadari dan menganggap bahwa menurut qur’an dan hadist tidak ada tujuh harian , empatpuluhan dan sebangsanya,
para pemuka memberi pengertian bahwa itu budaya hindu yang masih melekat. pendakwah
juga berusaha untuk mengajak masyarakat ngaji untuk di maknani, di terangkan mana perintah dan mana larangan. Jadi dalam menjalankan keagamaan dusun ini
sudah murni menggunakan Al-qur’an dan Hadist.
Masjid pertama di dusun tersebut berdiri Tahun
1986, dan itu sudah mengalami renovasi, dan masjd yang kedua itu tahun 2015. Nama masjid tersebut adalah
masjid Baitul Rahman. Beliau juga memaparkan dalam pembangunan masjidpun dukanya tidak ada. Karena masyarakat pedesaan itu gotong royongnya sangat
tinggi jadi baik tenaga atau harta semua di curahkan demi berdirinya tempat
ibadah ,Jadi tidak ada halangan sama sekali. memang seharusnya gotong royong
harus tetap di jujung tinggi untuk mencapai tujuan bersama.
Ketika
observasi saya menjumpai kubah besar yang berada di latai tiga masjid
tersebut. menurut saya itu juga suatu
hal yang unik setelah saya mintai apa symbol kubah itu, beliau mengatakan bahwa
kubah itu sebagai syiar. Apa itu syiar ? syiar adalah sebagai penyeru saat di
kumandangkannya adzan. Artinya meminta kepada umat manusia untuk menunaikan
ibadah sholat. proses kegiatan islam sebelum masjid di dusun ini di buat
pengajian di langsungkan di rumah-rumah pribadi, jum’atan juga. Kemudian gotong
royong untuk membangun masjid yang di fungsikan sebagai pengajian , sholat jum’at
, dan kegiatan lain-lain.
Warga dusun Nglegok saat ini sangat
kompak , ada dua RT masyarakatnya sekitar 70-an dan hampir 80% sudah beribadah
dengan baik dan tidak ada yang nyeleneh atau menentang ajaran-ajaran ulama di
dusun tersebut. Kegiatan mengaji di masjid satu minggu tiga kali. Setiap malam
senin kajian bergilir kesetiap rumah untuk silaturahim dan untuk menambah
ilmu dengan tujuan utama untuk
mewariskan islam ke anak cucu serta meningkatkan kesolidaritasan. Di era ini
jarang sekali seseorang bersilaturahmi ke tetangga mereka, apalagi untuk hal
positif seperti mengaji.
Dalam
menjaga anak cucu dari bahaya pergaulan saat ini pun juga harus di siapkan
dengan membentengi diri dari kemaksiatan. Yakni bisa di lakukan dengan mengaji,
dan untuk orang tua wajib menanamkan ilmu agama sejak kecil, sehingga setelah
dewasa mana itu yang hak mana yang batil , mana yang haram mana yang halal. ada
kajian kunjungan kerumah, kajian ini biasanya di jadwal setiap malam senin. Ada
juga kajian Cabe rawit, itu kajian untuk usia delapan tahun kebawah. Saat saya
observasi ke masjid, terlihat adik-adik pada usia ini sedang melakukan kajian.
Bukan hanya baca tulis Qur’an saja, setelah saya amati ada kegiatan yang
menarik yakni ada lomba adzan lomba hafalan, menurut saya ini kegiatan yang
bermanfaat sekali. Lalu ada usia remaja, adalagi pengajian unik yakni usia
menikah lalu ada yang khusus ibu-ibu dan yang terakhir pengajian umum.
Menurut paparan bapak Sukimin Kajian usia
menikah di lakukan sebulan sekali, kajian ini di bentuk dengan pemikiran para
pemuka untuk mengusahakan dan mengarahkan agar orang islam harus nikah sama
orang islam, mempunyai jodoh yang baik. Nah, untuk mewujudkan hal itu maka
dibentuklah pengajian tersebut. Dalam memilih jodoh juga harus di perhatikan
bibit bobot bebet dan bidin.Bibit itu keturunan, maksudnya dalam memilih jodoh
kita juga harus memperhatikan keturunannya yakni dari keluarga apa dia terlahir
misalnya dari keluarga baik-baik atau sebaliknya. Yang kedua bebet kecantikan atau ketampanan, bobot itu
harta dan bidin itu agama.Diharapkan semua itu terpenuhi, tapi yang paling
penting adalah Bidin. Mengingat di dunia ini tidaklah ada yang sempurna mungkin
saja bobotnya banyak namun bebetnya pas-pasan, mungkin juga bibitnya jelek
namun bidinnya bagus. Namun yang paling penting adalah agamanya. Menurut
pendapat bapak Sukimin, jika wanita atau istri mempunyai bidin yang baik harus
di perjuangkan, karena istri yang memiliki kelebihan itu di era sekarang ini
sudah hampir punah.
Di Indonesia gempar dengan isu
terorisme, salah satu isu tersebut berada di salah satu dusun di tawangmangu. Saya
sedikit menyinggung masalah isu terorisme di desa Tawangmangu, menurut pendapat
beliau pelaku terror itu adalah orang islam yang tidak mendalami agamanya
secara utuh, sehingga dia mudah terprovokasi terpengaruh oleh orang lain yang
menyimpang, beliau sendiri dengan sangat prihatin mendengar itu, dan merasa
heran kenapa orang islam seperti itu. Apalagi isu terorisme sudah terjadi
berulang kali di Tawangmangu.
Pancasila
adalah dasar Negara Indonesia yang lima butirnya sudah mencakup semua
kepribadian bangsa dan tidak bisa di ganti lagi. Beliau juga berpendapat bahwa
beliau tidak setuju dengan isu pancasila di ganti dengan ideologi lain, menurut
beliau sebagai warga negara yang baik harus tunduk dan patuh kepada pemerintah
, pancasila dan undang-undang dasar 1954 dan harus berbudi luhur. Karena jika
pancasila di ganti nanti hanya akan memecah belah , apalagi NKRI ini didapatkan
dengan susah payah oleh pahlawan dengan segala pengorbananya. Mendengar hal itu
saya merasa salut terhadap bapak Sukimin dan warganya. Selain menjadi
masyarakat yang religious mereka juga berjiwa nasionalisme yang tinggi. Harapan
bapak Sukimin untuk dusunnya adalah
semoga tentram dalam menjalankan agama,
semua mendapat hidayah dan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.
Dari pembahasan di atas bisa di
simpulkan bahwa pada Kamis, 17
oktober saya mendapatkan tugas sejarah peradapan islam, yakni melakukan
observasi dan wawancara mengenai sejarah peradapan yang berada di suatu desa.
Keesokan hari pada tanggal 18 saya datang ke rumah teman SMA saya bernama Fitra
selain ingin berkunjung, saya bertujuan untuk melakukan wawancara pada tokoh islam yang ada
di desanya. Akhirnya fitra mengantarkan saya kepada salah satu pemuka islam di
desa Nglegok, Nglebak, Tawangmangu yakni Bp H Sukimin latar belakang beliau
adalah pensiunan guru sekolah dasar. Hari itu juga saya membuat janji dengan Bp H. Sukimin.
Pada akhirnya saya melakukan wawancara pada tanggal 19 jam 16.00 wib.
Menurut pernyataannya setelah saya tanyai mengenai siapa yang membawa islam
masuk ke desanya ia menyatakan bahwa islam masuk melalui pemuda-pemuda yang
sekolah di ponpes lalu pulang ke desanya dan menyebarkannya ke masyarakat. Dalam
menjalankan dakwahnya pemuka di desa itu tidak mengalami kesulitan. Karena
masyarakatnya masih awam. Mereka menganggap bahwa pemuka agama di situ adalah
ulama. Beliau juga
menyatakan bahwa Hindu budha pernah berkembang walau tidak ada bukti-bukti
fisik peninggalannya.
Dalam membangun masjid pun juga
tidak mengalami kendala, masyarakat benar-benar mencurahkan harta dan tenaganya
untuk bergotong royong membangun masjid tersebut. Di desa itu terdapat dua masjid yang di bangun pada tahun 1986 dan
2015. Saya sempat menyinggung adakah keunikan masjid tersebut dan adakah juga
filosofinya namun menurut pernyataan
bapak Sukimin tidak ada sesuatu yang unik atau yang menjadikan ciri khas masjid
tersebut. Setelah saya observasi saya melihat bangunan masjid yang pertama di
bangun memiliki tiga lantai, lantai ketiga ada kubah yang katanya baru di
bangun dan dalam proses penyelesaian. demikian observasi saya di desa Nglegok,
Tawangmangu semoga bermanfaat bagi pembaca.
