Studi Asik di Pesantren Klasik
Pondok Pesantren Al-fattah Wonogiri
Pesantren adalah salah satu metode
pendidikan agama Islam. Sejak islam
masuk di Indonesia para sunan-sunan yang
biasa di sebut walisongo menyebarkan
islam dengan metode klasik. Dalam tugas metodologi studi islam mengenai bab Islam klasik, di sini saya akan
memaparkan pengalaman saya perdana tinggal di pesantren. Saya akan berbagi pengalaman dari saya
berburu pesantren, kegiatan saya di pesantren
dan pandangan saya pribadi mengenai
Pondok pesantren sebagai metode pembelajaran islam klasik.
Dalam tugas Metodologi Studi Islam
ini, kami dibagi menjadi beberapa grub dalam sekelas. Setiap grub beranggotakan
4-5 mahasiswa. Anggota kelompok saya adalah 4 orang. Kami di beri wilayah podok
yang akan kami inapi selama 1X24 jam, yakni Ponpes di daerah Klaten dan
Wonogiri. Pada minggu yang sudah di
tentukan untuk berburu pondok, kami
berfikir untuk memilih ponpes di klaten karena dekat dengan Kampus IAIN Surakarta.
Kami diberi waktu 3 minggu untuk
penyusunan esai ini. Minggu pertama untuk berburu pesantren. Minggu kedua untuk
tinggal disana, dan minggu terakhir untuk penyusunan esai. Minggu pertama kami sepakat untuk mendatangi
salah satu ponpes ternama di kabupaten di klaten. Saat itu kondisi cuaca sedang hujan badai.
Kami kesana menggunkan bantuan google Map.
Dari kartosuro hujan badai, namun di daerah delanggu cuaca kembali cerah
dan panas. Alhamdulilah kita sampai di
ponpes tersebut dengan baju yang setengah kering .
Pertama-tama kami bertemu dengan satpam. Kami menceritakan
tujuan kami yakni memohon izin untuk observasi yang akan di laksanakan 1x24
jam. Alhamdulilah kami di sambut dengan ramah dan kami di persilakan masuk ke
kantor dan bertemu resepsionis ponpes itu. Di depan bar resepsionis kami kembali
menceritakan tujuan kami. Kamudian kami
di antar untuk menemui ketua pondoknya,
disitu pula kami kembali menceritakan tujuan kami lagi. Setelah
berbincang-bincang banyak kami disuruh pengantarkan surat izin formal ke kantor
ponpes tersebut baru bisa menunggu kepastianya.
Dua hari setelahnya kami mengirim surat izin
secara formal setelah itu kami di suruh
menunggu 2 Hri untuk kepastiannya. Hal itu menambah kegundahan kami sekelompok.
Karena pada saat itu juga kebanyakan kelompok dari kelas kami sudah pada mulai
menginap di pondok. Akhirnya kami menunggu sampai senin, kami menghubungi
kontak salah satu ustad yang di rekomendasikan satpam. Ternyata Ustadnya juga
belum bisa memberi kepastian, kami harus menemui wakil direktur. Kami sudah
lelah dengan penantian itu, sedangkan waktu sudah mepet. Akhirnya kami
memutuskan untuk mencari pondok lain.
Kami bingung untuk mencari ponpes
lain yang dekat dengan kampus. Sudah banyak kelompok lain yang observasi di
klaten. Akhirnya kami memutuskan untuk pindah daerah yakni ke wonogiri. kami
dapat info dari guru ngaji teman sekelompok kami, bahwa ada podok bernama
Al-Fattah yang katanya dekat dengan
dengan klaten. Beliau juga bilang insyaallah perizinan juga mudah. Lalu
kami sekelompok sepakat untuk ke pondok itu. Namun tidak semuanya menyetujuinya. Ada yang masih
bersikeras ingin mencari ponpes di klaten. Karena sejujurnya kami tidak diberi
alamat lengkap atau daerah ponpes itu.
Kami hanya di beri tahu ada ponpes Putra putri Al-Fattah di kabupaten Wonogiri
yang insyaallah perizinannya mudah, hanya itu saja. Kemudian kegalauan pun tak
terhindarkan kami berunding beberapa jam. Setelah itu kami melihat google maps
lagi. Ternyata ponpes itu lumayan jauh di maps bertuliskan 48 KM dari Kartasura
atau sekitar 1 jam 30 menitan. Alhamdulilah kami satukan semangat dan di jam
14.30 kami survey ke Wonogiri.
Pada waktu sesore itu kami
mengadalkan google map untuk mencari pondok pesantren Al-fattah. Di perjalanan
serasa ingin menangis dan kesal karena letaknya yang jauh dan serasa tidak
sampai-sampai. Kami juga seperti orang yang tersesat karena tidak tahu sama
sekali wilayah wonogiri. Kebetulan anggota kelompok kami berasal dari daerah di
luar klaten dan wongiri. Setelah hampir 2 jaman kami menelusuri google map,
kami berhenti dan bertanya di salah satu warga. Kami ragu-ragu dengan penunjuk
arah map yang arahnya menuju pedesaan yang di penuhi pohon jati, ya semacam
hutan. Kami bertanya letak ponpes al-fattah kesalah satu warga yang sedang
berada di depan rumahnya. Ternyata mereka tidak mengetahui dan tidak tahu bahwa
di sekitar desanya ada pondok pesantren.
Dengan rasa takut kesasar kami yakin untuk tetap menelusuri map. Dan alhasil
alhamdulilah kami sampai di ponpes Al-fattah yang letaknya di pelosok desa di
dekat hutan jati.
Bagi saya dan teman-teman inilah
berburu yang sebenarnya. Penuh rintangan dan tantangan. Segala rasa emosi
bercampur saat perjalanan ke ponpes itu. Tapi rasa keluh terobati saat kami
menjumpai papan bertuliskan pondok pesantren al-fattah. Pondok itu di dirikan
oleh ustad Ahmad. Keistimewaan pondok ini adalah pondok ini menerima anak yatim
dan kaum dhuafa. Masyaallah sungguh mulia sekali, kami di persilakan masuk ke
dalam kantor. Kemudian kami menyampaikan tujuan kami disini. Alhamdulilah ustad
Ahmad memberikan kami izin, lusa atau hari kamis siang kami akan observasi
disana. Setelah itu kami bergegas untuk kembali ke kartosuro. Kami buru-buru
karena waktu sudah sangat senja, sedangkan perjalanan ke kartosuro membutuhkan
waktu yang lama.
Kamis 16 maret, adalah hari dimana
kita akan menginap di ponpes al-fattah. Disana kami akan melakukan observasi
atau riset tentang kegiatan pondok pesantren al-fattah. Kami berangkat dari
kartasura jam 14.00 WIB. Di perjalanan menuju wonogiri kami memikirkan untuk
memberikan kenang-kenangan untuk pondok
itu. Jadi di perjalanan itu membutuhkan waktu lama karena kami masih
muter-muter mencari pasar terdekat di wonogiri. Alhasil kami menemukan swalayan
dan membelikan jam dinding yang berdesain kaligrafi. Mungkin itu bukan suatu
hal yang mahal tapi insyaallah bisa bermanfaat.
Dua jam kami tempuh untuk perjalanan
ke wonogiri dan alhamdulilah kami sampai dengan selamat. Kami langsung masuk di
kantor bertemu dengan ustad Ahmad. Setelah itu kami di panggilkan muslimat
(panggilan untuk santri putri) dan di antar kan ke kamar. Kami sekamar dengan
alumni yang sedang mengabdi, atau istilahnya alumni ponpes al-fattah yang
sedang mengabdikan diri untuk ponpes itu dan masyarakat. Masih teringat di
benak saya, teman-teman baru yang sangat ramah dan menyambut kami dengan
hangat. Mereka bernama Huri dari Garut, Khasanah dari Magelang, Zahra dari
Bogor, Atika, ifah dan Ni’mah. Tidak kusangka-sangka bahwa pondok kecil yang
berdiri di pelosok desa dan dekat dengan hutan jati ini penghuninya dari
jauh-jauh.
Pondok pesantren al-fattah berdiri
pada tahun 2008. Pada tahun itu kondisi di ponpes ini masih kecil, belum ada
bangunan untuk asrama muslimat. Pada tahun itu juga jumlah santri pun masih
sedikit, muslimin ada 13 orang dan muslimat ada 4 orang. Pada awal pendirian pondok
ini hanya mempunyai satu program yakni kitab kuning. Saat ini pondok pesantren
al-fattah wonogiri sudah mempunyai tiga program yakni, kitab kuning dan
tahfidzul Qur’an, panti asuhan untuk anak yatim dan dhuafa, yang ketiga
kewirausahaan.
Dalam fikiran saya bertanya bahwa
bagaimana pondok ini bisa dikenal masyarakat luas, bahkan ada juga yang dari
luar jawa. Menurut khasanah, tidak jauh dari tahun berdirinya ponpes itu ada
lomba pembacaan kitab kuning, lomba mengenai kitab kuning. Ponpes Al-fattah wonogiri
yang memenagkannya dan kemenangan ini berskala nasional. Kejuaraan itu yang
akhirnya membuat orang-orang mengenal ponpes ini. Selain itu juga alur dari
crita ke crita atau ada kerabat yang mengenal pimpinan pondok tersebut. Pondok
ini dipimpin oleh Ustad Ahmad fauzi beliau alumni santri dari pondok pesantren Al-fattah
Mranggeh, Semarang. Jatuh bangun nya dalam mendirikan pesantren sangatlah
banyak. Hingga beliau bisa mencapai ratusan santri yang bermukim di pondoknya.
Pondok pesantren al-fattah merupakan
pondok yang benar-benar melatih kemandirian santri melalui kesederhanaan. Walau
sudah berkembang dan terkenal pembangunan ponpes ini belum jadi seratus persen.
Para santri bermukim dengan kondisi ala kadarnya. Kedisiplinan dan kesetaraan
derajat sesama santri di junjung tinggi. Ustad Ahmad sendiri menjelaskan kepada
kami bahwa yang menempati ponpes ini tidak semuanya dari keluarga yang berada
dan berlatar belakang baik. Jadi dengan upaya apapun pihak pondok menjujung
tinggi kesetaraan drajat dan kesamaan perlakuan untuk setiap santri.
Kamis sekitar jam 4 kami sudah siap
menjalani kegiatan di ponpes al-fattah. Setelah berbincang-bincang sedikit
dengan penghuni kamar pengabdian, kami membantu santri wati atau disebut
muslimat masak untuk dimakan bersama. Saat itu kita hanya masak sayur sop saja.
Benar-benar gemblengan untuk hidup sederhana ada disini. Setelah selesai masak
kegiatan selanjutnya adalah sholat magrib di masjid di lanjutkan membaca surah
ruqiah. Setelah itu makan malam malam dan sholat isya.
Kebetulan sekali kami datang pada
saat yang kurang tepat. Malam jumat dan hari jumat adalah hari libur untuk
santri jadi kami tidak bisa berobservasi atau meliput kegiatannya secara
lengkap. Alhamdulilah saya mendapatkan waktu untuk berwawancara atau dalam
bahasa ringan ngobrol-ngobrol sama beberapa muslimat dan pengabdi. Saya akan
membahas kegiatan sehari-hari ponpes Al-fattah ini metode wawancara dengan
salah satu pengabdi yang sudah 8 tahun di ponpes ini. Insyaallah beliau sudah
tau seluk beluk ponpes ini.
Sedikit biodata narasumber, nama
Khasanah berasal dari magelang dan berumur 18tahun. Sudah dari SD masuk di
ponpes ini. Ponpes ini hanya menyediakan pendidikan tsanawiyah dan aliyah. Saya
kan membahasan sistem pembelajaran yang ada di ponpes ini. Pembelajaran ada 6
hari untuk MA dan 5 hari untuk MTS. Senin sampai hari kamis adalah diniyah,
jumat sabtu materinya tentang umum. Apa itu diniyah ? diniyah adalah mata
pelajaran mengenai keislaman atau pelajaran umum yang ada di pondok .
Saya akan memaparkan kegiatan di
pondok pesantren dari pagi sampai menjelang tidur. Seperti pondok pada umumnya,
jam tiga pagi adalah waktu untuk sholat tahajud. Setelah sholat tahajud mereka
melanjutkan sholat subuh berjamaah di masjid, dilanjut setoran hafalan pagi.
Jika tidak melakukan hafalan pagi pun akan mendapatkan sanksi atau hukuman.
Setelah itu di lanjukan pelajaran diniyah pada haris senin sampai kamis. Dalam
seminggu santri putra dan putri di beri kewenanga memegang hp pada hari kamis
atau jumat. Dalam kewenangan ini pun juga di tentukan jadwalnya oleh pihak
pondok. Jika muslimat memegang hp pada hari jumat maka muslimin pada hari
kamis. Hal itu di lakukan agar tidak ada celah untuk mendekatkan antara santri
putra dan putri.
Pelajaran diniyah adalah pelajaran
yang sudah khas di dalam pesantren. Pelajaran itu meliputi, Nahwu sorof,
Tariqh, Hafalan Hadist, Akhidah Akhlak, fiqh Ibadah, subulussalam, Balaghah
(pelajaran mengenai dakwah). Nahwu sorof adalah pelajaran yang di dalamnya membina
santri untuk belajar membaca kitab gundul atau kitab kuning. Hafalan hadist,
suatu pelajaran untuk santri dalam metode penghafalan hadist bahkan mengkaji
tafsirnya.
Pondok pesantren al-fattah bisa
dikatakan sebagai pondok spesialis kitab kuning. Banyak memenangkan
perlombaan-perlombaan mengkaji kitab kuning hingga tingkat nasional. Pada awal
berdiri pondok ini hanya mempunyai satu program yakni kitab kuning. Jadi bisa
di katakan bahwa program unggulannya adalah kitab kuning. Lalu kitab apa saja
yang di kaji di ponpes ini ?. dan bagaimana dengan program-program lain seperti
tahfidzul qur’an dan kewirausahaan di
ponpes ini ?. saya akan membahas pertanyaan ini satu persatu.
Semua santri di ponpes ini mengkaji
kitab kuning. Tidak ada batasan MA atau pun MTS dalam pencapaian hafalannya.
Kitab kuning yang biasa di gunakan untuk pelatihan nawusorob adalah kitab
Jurumiah, musarar jilid 1 dan 2, dan kitab alifiyah 3. Sedangkan kitab-kitab lain yang dipelajari
untuk kitab fiqih ibadah memakai kitab nahwu shorof, untuk kitab tafsir
al-qur’an memakai tafsir ibnu katsir, untuk akhidah akhlak memakai ibnu
tsalatsah. Kitab hadist memakai arbain nawawi. Untuk pelajaran diniyah mapel
tharih memakai nurul yakin 1,2 dan 3 dan imamul wafa. Semua kitab kuning
terpakai oleh santri karena setiap santri memilih kitab yang berbeda-beda
tergantung kemampuannya.
Setelah membahas apa saja yang di
pelajari dalam pelajaran diniyah, yakni pada hari senin sampai kamis. Hari
jumat pelajaran umum untuk aliyah dan sabtunya umum untuk tsanawiyah dan aliyah.
Di pondok ini hanya ada jurusan IPS di aliyahnya jadi pelajaran umumnya
mencangkup hal-hal humaniora. Guru-gurunya pun di ambil dari sekolah umum.
Untuk guru pelajaran diniyah di ajar oleh ustad-ustad alumni atau pengabdian.
Bagaimana realisasi dari program
kewirausahaan yang adadi ponpes al-fattah ?. menanamkan sifat berwirausaha juga
sangat penting, karena tidak melulu mengaji santri juga di ajari untuk
berbisnis walau di awali dengan hal kecil. Realisasi dari ponpes ini pun sudah
terjadi, mereka membuat susu kedelai dan sari kacang hijau yang di produksi dan
di pasarkan sendiri. Setelah itu mereka berjualan salak, membuat bakso dan koperasi di kantor pun juga bentuk wirausaha
dari santri. Dulu juga pernah memelihara bebek untuk di ambil telurnya dan di
jadikan telur asin. Namun untuk kegiatan produksi, untuk saat ini vakum dikarenakan sedang
berlangsungnya pembangunan di ponpes itu.
Orang tua santri tidak salah
menempatkan anak nya di pondok pesantren ini. Menurut saya gemblengan
kedisiplinan, kesederhanaan, dan kekluargaan sangat kental disini. Meskipun masih
ada beberapa fasilitas yang kurang memadahi namun dengan adanya teman yang baik
dan saling mendukung pasti sangatlah indah dan betah di ponpes ini. Bunga akan
menjadi khas dan banyak di kenali jika mempunyai keunikan, dari segi warna dan
bau semerbak wangi. Itulah yang di lakukan ponpes al-fattah menebar kewangian
atau mengharumkan pondok, memperkenalkan pondok pada dunia luar melalui kemenangannya
dalam lomba-lomba qiroatul kutub atau membaca kitab kuning. Dari segi nilai
klasik pun sudah sangat terbukti bahwa pondok ini adalah pondok klasik.
Baiklah kita akan masuk pada jadwal
santri dari jam 6 pagi sampai jam 6 pagi lagi atau 24 jam. Pada pukul 6 pagi
pagi para santri sudah bersiap untuk pelajaran diniah, pada jam-jam itu juga
yang mempunyai kewajiban piket harus piket sesuai jadwalnya. Pelajaran pertama
yaitu bahasa arab yang di mulai pada pukul 7 pagi. Setelah itu jam setengah Sembilan
sampai jam sepuluh nahwu shorof. Jam sepuluh
sampai jam sebelas kalau tidak tharih ya hadist. Setelah itu kemali lagi ke asrama untuk
ishoma. Setelah sholat atau ishoma santri masuk kelas lagi untuk mengkaji ibnu
tsalastah untuk beajar akhlak dan akhidah. Setelah itu istirahat lagi. Dan akan
mulai aktifitas lagi bakda ashar.
Tujuan dari pondok al-fattah sendiri
adalah untuk berdakwah dan membantu sesama manusia. Santri yang sedang
mengabdi, membuka les privat dan guru untuk ibu-ibu manula yang belum mengerti
sama sekali. dalam pengabdian ini santri
tidak memungut biaya atau menentukan ongkos nya. Tapi kadang juga ada yang memberikan ongkos atau honor. Menurut saya
gemblengan pondok itu sangat bagus. Setelah
itu pelajaran selanjutnya adalah ishoma lagi . setelah istirahat, mereka
bergegas untuk berwudhu dan di lanjutkan tadarusan sampai adzan isya. Belum selesai
di isya. Pada hari biasanya itu santri
juga masih melakukan pembelajaran di malam hari. Mereka mengkaji
subulussalam yakni kitab fiqh. Setelah diniyah malam para santri kembali
kekamarnya untuk mempersiapkan diri untuk setoran pagi.
Dimanapun tempat tinggal kita, kita harus selalu waspada. Di pondok pesantren
al-fattah ini juga menerapkan ronda, namun disini namanya ribat. Ada jadwalnya
pula ribat itu jadi semacam sift. Yak untuk yang sedang tugas ribat ya ribat
dan yang lain waktunya tidur. Ya kembali ke awal lagi tidur malam bangun2
sholat subuh dan storan hafalan. Tidak melulu belajar. Ponpes ini rupanya juga
sering mengadakan tour, kemping, dan naik gunung. Hal itu di lakukan satu
semester sekali.
Bagaimana kaitannya dengan studi
islam klasik ?. ponpes adalah suatu sekolah yang penggemblengannya tidak di
ragukan lagi. pondok pesantren ada dari zaman walingsongo, dan terus berkembang
semakin berkembang sampai saat ini. Sudah jelas lagi bahwa pondok pesantren
adalah tempat agar anak-anak atau sudara kita paham agama, dan mempunyai
pribadi yang sederhana. Nilai keklasikan pondok ini semakin tertbukti dengan adanaya
program pendidikan kitab kuning. Yang ternyata malah masih saudara.
Dari uraian yang saya sampaikan saya
simpulkan bahwa untuk mencari pondok ini sangatlah butuh perjuangan,dan pengorbanan.
Harus melewati beberapa rintangan namun bagi saya hal ini juga menyenangkan. Alhamdulilah
kami bisa menginap di pondok klasik atau zaman dulu yang masih menerapkan
sufisme. Segala kesalahan dalam penulisan mohon maaf sebesar-besarnya segala
kritik yang membangun saya harapkan.
RETNA AYU CAHYANI
IAIN SURAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar